A. Konsep
Kepemimpinan
Dalam sebuah organisasi, baik yang dibentuk secara formal maupun informal membutuhkan sebuah kepemimpian untuk dapat mencapai tujuan
dari organisasi tersebut. Jika digambarkan dalam sebuah lingkaran, dimana
terdapat 4 aspek yang yaitu kepemimpinan, administrasi, manajemen, dan organisasi, maka letak aspek kepemimpinan adalah berada di posisi paling
tengah, seperti yang tergambar
sebagai
berikut :
( gambar )
Dari gambar diatas terlihat bahwa aspek kepemimpinan merupakan inti
dari organisasi
yang memegang peranan sangat penting, karena pemimpin
adalah orang utama yang menentukan hitam putihnya organisasi yang dibawahinya. Kepemimpinan adalah
suatu kegiatan
mempengaruhi
orang lain agar orang tersebut mau bekerjasama untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Kepemimpinan juga sering dikenal sebagai kemampuan
untuk
memperoleh konsensus anggota organisasi untuk melakukan tugas
manajemen agar tujuan organisasi tercapai.
Menurut George Terry, kepemimpinan adalah kegiatan
untuk mempengaruhi orang
lain agar mau bekerja
dengan
suka rela untuk
mencapai tujuan
kelompok, Sedangkan
Cyriel O'Donnell
mendefinisikan
kepemimpinan sebagai usaha untuk mempengaruhi orang lain agar ikut serta dalam mencapai tujuan umum. Berdasarkan dua pengertian tersebut, maka
dapat disimpulkan bahwa di dalam kepemimpinan terdiri atas unsur sebagai
berikut :
1. Mempengaruhi
orang lain agar mau melakukan sesuatu.
2. Memperoleh konsensus atau suatu pekerjaan.
3. Untuk mencapai tujuan manajer.
4. Untuk memperoleh manfaat bersama.
Sehingga jika
dilihat pada
konteks kepemimpinan hal yang saling
terkait adalah adanya unsur kader penggerak, adanya peserta
yang digerakkan, adanya komunikasi, adanya tujuan organisasi dan adanya
manfaat yang tidak hanya dinikmati oleh sebagian
anggota.
Kepemimpinan dapat dipandang sebagai 2
hal
yaitu sebagai sebuah
proses dan sebuah seni. Kepemimpian sebagai sebuah proses menurut J. Robert Clinton adalah
sebagai berikut Kepemimpinan
adalah “suatu proses
yang kompleks
dimana seseorang mempengaruhi orang-orang lain untuk
menunaikan suatu misi, tugas, atau tujuan dan mengarahkan organisasi
yang
membuatnya lebih kohesif dan koheren." Mereka yang
memegang jabatan
sebagai pemimpin
menerapkan seluruh atribut
kepemimpinannya
(keyakinan, nilai-nilai,
etika, karakter, pengetahuan, dan ketrampilan). Jadi
seorang pemimpin berbeda
dari
majikan,
dan
berbeda dari manajer.
Seorang pemimpin
menjadikan
orang-orang
ingin mencapai tujuan dan sasaran yang
tinggi, sedangkan seorang majikan menyuruh orang-orang untuk
menunaikan suatu tugas atau mencapai tujuan. Seorang pemimpin melakukan hal-hal yang benar, sedangkan seorang
manajer melakukan hal-hal dengan benar (Leaders
do
right things,
managers do everything right). Kepemimpinan
sebagai sebuah seni
adalah "seni membuat peta keinginan tentang masa depan organisasi, dan kemampuan menerjemahkan peta tersebut
menjadi suatu kerangka keinginan yang
nyata,
serta kekuatan atau kuasa
menggunakan segala sumber untuk
melaksanakan
peta
tersebut menjadi
produk yang berdaya-guna.
Ada 4 tipologi gaya kepemimpinan yang digunakan seorang
pemimpin dalam memimpin
organisasi. Menurut
Blake – Mouton,
ada pemimpin
yang
berorientasi pada pekerjaan (task oriented) dan ada juga pemimpin yang
berorientasi pada kekompakan (human oriented). Dari 2 orientasi tersebut
berkembang 4 tipe gaya kepemimpinan seperti digambarkan berikut :
( gambar )
Seorang pemimpin yang baik, seharusnya
tidak hanya berorientasi pada pekerjaan semata dengan mengabaikan aspek manusiawi dalam hal ini disebutkan diatas
adalah kekompakan.
Tidak juga kebalikannya hanya
berorientasi pada hubungan kemanusiaan tapi mengabaikan pekerjaan dan
tujuan organisasi. Kepemimpinan yang
efektif adalah manakala
ia dapat menyeimbangkan antara pekerjaan dengan hubungan kemanusiaan dengan bawahan seperti yang
terdapat pada kotak A4 diatas. Kemudian Reddin melakukan pengembangan lanjut atas tipologi gaya kepemimpinan ini, dan
menemukan tipe pemimpin sebagai
berikut : deserter, missionary,
compromiser, bureaucrat, benevolent autocrat, developer, dan
executive. Sementara
Bradford dan Cohen membagi tipe pemimpin menjadi
: technician,
conductor,
dan
developer. Tipologi kepemimpinan yang dikembangkan oleh
Leavitt membagi tipe pemimpin menjadi : pathfinders, problem solvers, dan
implementers.
Ada beberapa persyaratan yang ideal
bagi seornag pemimpin. George
R. Terry menggambarkan seorang pemimpin harus
memiliki ciri sebagai
berikut :
1. Mental dan fisik
yang energik
2. Emosi yang stabil
3. Pengetahuan human relation yang baik
4. Motivasi
personal yang baik
5. Cakap berkomunikasi
6. Cakap untuk mengajar, mendidik dan mengembangkan bawahan
7. Ahli dalam
bidang sosial
8. Berpengetahuan luas dalam hal
teknikal dan manajerial
Sedangkan
Horold Koontz dan Cyrel
O'Donnel mengemukakan ciri-ciri
pemimpin yang baik adalah :
a. Tingkat kecerdasan yang tinggi
b. Perhatian terhadap keseluruhan kepentingan
c. Cakap berbicara
d. Matang dalam
emosi
dan pikiran
e. Motivasi yang kuat
f. Penghayatan terhadap kerja sama
Konsep seorang
pemimpin pendidikan tentang kepemimpinan dari kekuasaan yang
memproyeksikan diri dalam
bentuk sikap memimpin, tingkah laku dan sifat kegiatan pemimpin yang
dikembangkan dalam lembaga pendidikannya akan mempengaruhi situasi kerja, semangat kerja anggota -
anggota staf, sifat hubungan kemanusiaan diantara sesamanya, dan akan mempengaruhi kualitas hasil kerja yang mungkin dapat
dicapai oleh lembaga pendidikan tersebut.
B. Konsep Budaya Organisasi
Dalam memahami berjalannya sebuah organisasi, penting
bagi kita untuk mengetahui budaya apakah yang dianut dan dikembangkan
oleh
orang-orang di dalam organisasi
tersebut.
Secara
umum,
Edgar
Schein (2002)
dalam tulisannya tentang
Organizational Culture &
Leadership mendefinisikan
budaya
sebagai berikut
:
“
A
pattern
of shared
basic assumptions that the group learned as
it solved its problems of external
adaptation and internal integration, that has
worked well
enough to be
considered valid and, therefore, to be taught to new members as the correct way you perceive, think, and feel
in relation
to those problems. (dalam Akhmad Sudrajat)
Dari pengertian
tersebut, terdapat kata
kunci
yaitu
shared
basic
assumptions atau menganggap pasti terhadap sesuatu. Taliziduhu Ndraha mengemukakan bahwa asumsi meliputi beliefs (keyakinan) dan value (nilai).
Beliefs merupakan
asumsi
dasar tentang dunia dan bagaimana
dunia
berjalan.
Duverger mengemukakan
bahwa
belief (keyakinan) merupakan
state of mind
(lukisan
fikiran) yang terlepas
dari ekspresi material
yang
diperoleh suatu komunitas. Value (nilai) merupakan suatu ukuran normatif
yang mempengaruhi manusia
untuk melaksanakan tindakan yang
dihayatinya.
Dalam budaya organisasi ditandai
adanya sharing atau berbagi nilai
dan
keyakinan yang sama dengan seluruh anggota organisasi. Misalnya
berbagi nilai dan keyakinan yang sama
melalui pakaian seragam.
Namun
menerima dan memakai seragam saja tidaklah cukup. Pemakaian seragam
haruslah membawa rasa bangga, menjadi alat kontrol dan membentuk citra organisasi. Dengan demikian, nilai
pakaian seragam tertanam
menjadi basic. Menurut Sathe dalam
Taliziduhu
Ndraha
(1997)
bahwa shared basic
assumptions meliputi : (1) shared things; (2) shared saying, (3) shared doing;
dan (4) shared feelings.
Budaya organisasi
dapat dipandang sebagai sebuah sistem. Mc Namara (2002) mengemukakan
bahwa dilihat dari sisi
input, budaya organisasi mencakup umpan balik (feed back) dari
masyarakat, profesi, hukum, kompetisi dan sebagainya. Sedangkan dilihat dari proses, budaya organisasi mengacu kepada asumsi, nilai dan norma, misalnya nilai tentang :
uang, waktu,
manusia,
fasilitas dan ruang.
Sementara dilihat dari out put, berhubungan dengan pengaruh budaya organisasi terhadap perilaku organisasi, teknologi, strategi,
image, produk dan sebagainya.
Dilihat dari
sisi kejelasan dan ketahanannya terhadap perubahan, John P. Kotter dan James
L. Heskett (1998) memilah budaya organisasi menjadi ke dalam dua tingkatan yang berbeda. Dikemukakannya, bahwa
pada tingkatan yang
lebih dalam dan kurang terlihat, nilai-nilai yang dianut bersama oleh orang
dalam kelompok dan cenderung
bertahan sepanjang
waktu bahkan meskipun anggota kelompok
sudah berubah. Pengertian ini
mencakup tentang
apa yang penting dalam kehidupan, dan dapat sangat
bervariasi dalam perusahaan yang berbeda : dalam beberapa
hal
orang sangat mempedulikan
uang, dalam hal lain orang sangat
mempedulikan inovasi
atau kesejahteraan karyawan.
Pada
tingkatan ini budaya
sangat sukar berubah,
sebagian karena anggota kelompok sering tidak sadar akan banyaknya nilai yang mengikat
mereka bersama. Pada tingkat yang
terlihat, budaya menggambarkan pola atau gaya perilaku suatu organisasi, sehingga karyawan-karyawan baru secara otomatis terdorong untuk mengikuti perilaku sejawatnya.
Gaya dan nilai
dari suatu budaya yang cenderung
tidak banyak berubah dan akar-akarnya sudah mendalam, walaupun terjadi penggantian
manajer. Dalam organisasi dengan budaya yang
kuat, karyawan cenderung berbaris mengikuti penabuh genderang
yang
sama. Nilai-nilai dan perilaku
yang
dianut bersama membuat orang
merasa nyaman dalam
bekerja, rasa komitmen dan loyalitas membuat orang berusaha lebih keras lagi. Dalam
budaya yang kuat memberikan struktur dan kontrol yang dibutuhkan, tanpa harus bersandar pada
birokrasi formal yang mencekik yang dapat
menekan
tumbuhnya motivasi dan inovasi.
BERSAMBUNG
FILE TERSUSUN RAPI FORMAT DOCX (bisa di edit)
silahkan sms langsung, file akan dikirim via email
TERIMAKASIH .............SEMOGA BERMANFAAT
silahkan sms langsung, file akan dikirim via email
TERIMAKASIH .............SEMOGA BERMANFAAT
No comments:
Post a Comment